Fun Fact: Asal-Usul Kata “Souvenir” dan Bagaimana Maknanya Berkembang.

Pernahkah Anda penasaran dengan asal-usul souvenir? Kata ini sudah sangat umum dalam percakapan sehari-hari. Namun, tahukah Anda dari mana asal-usul kata souvenir dan bagaimana maknanya berkembang hingga menjadi seperti sekarang?

Asal-Usul Kata “Souvenir”: Dari Memori ke Benda
Kata “souvenir” sebenarnya berasal dari bahasa Prancis, tepatnya dari kata kerja “souvenir” yang berarti “mengingat” atau “datang kembali ke pikiran”. Akar katanya bahkan lebih tua lagi, yaitu dari bahasa Latin subvenire, yang berarti “datang ke pikiran” atau “menolong”.
Pada awalnya, di abad ke-18, kata “souvenir” dalam bahasa Inggris dan Prancis merujuk pada aksi mengingat itu sendiri atau ingatan yang tersimpan di benak. Jadi, “memiliki souvenir” berarti memiliki kenangan dalam pikiran Anda. Ini belum merujuk pada objek fisik seperti yang kita kenal sekarang.
Evolusi Makna: Ketika Ingatan Berwujud Objek
Perubahan makna “souvenir” dari sebuah ingatan menjadi benda fisik mulai terjadi seiring dengan berkembangnya aktivitas perjalanan, terutama di kalangan bangsawan dan kelas menengah atas Eropa.
Grand Tour dan Awal Mula Souvenir Fisik
Pada abad ke-17 hingga ke-19, kaum muda bangsawan Eropa sering melakukan perjalanan panjang yang disebut “Grand Tour“. Mereka mengunjungi kota-kota besar, situs bersejarah, dan pusat seni untuk pendidikan dan budaya. Selama perjalanan ini, mereka mulai membeli benda-benda kecil—seperti koin kuno, miniatur patung, atau lukisan pemandangan—sebagai bukti fisik dari tempat-tempat yang mereka kunjungi. Benda-benda ini berfungsi sebagai “pembantu ingatan”, membantu mereka mengingat pengalaman dan tempat-tempat tersebut. Inilah titik awal di mana souvenir mulai berwujud objek.
Revolusi Industri dan Demokrasi Souvenir
Revolusi Industri di abad ke-19 membawa perubahan besar. Produksi massal menjadi mungkin, sehingga barang-barang bisa dibuat lebih cepat dan dengan biaya lebih rendah. Pariwisata pun semakin populer dan terjangkau bagi lebih banyak kalangan. Akibatnya, permintaan akan souvenir meningkat drastis. Pabrik-pabrik mulai memproduksi piring hias, miniatur bangunan, kartu pos, dan berbagai macam benda lain yang bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.
Pada masa ini, makna kata “souvenir” semakin kuat terikat pada benda yang dibeli atau diterima sebagai kenang-kenangan dari suatu tempat, peristiwa, atau seseorang.
Souvenir di Era Modern: Lebih dari Sekadar Objek
Kini, di abad ke-21, makna souvenir terus berkembang. Meskipun masih sangat erat kaitannya dengan perjalanan dan pariwisata, konsep souvenir juga meluas ke berbagai acara dan momen penting.
- Souvenir acara: Pernikahan, ulang tahun, reuni, corporate event, hingga kelulusan—semuanya kini punya souvenir yang berfungsi sebagai tanda terima kasih dan pengingat akan momen spesial tersebut.
- Personalisasi: Dengan teknologi modern, souvenir bisa dipersonalisasi dengan nama, tanggal, atau pesan khusus, menjadikannya lebih unik dan berkesan.
- Fungsionalitas: Banyak souvenir modern tidak hanya sebagai pajangan, tetapi juga fungsional dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, seperti mug, tote bag, atau thermal bag.
Pada dasarnya, souvenir tetap mempertahankan esensi aslinya: sebuah alat untuk membantu kita “mengingat”. Dari sekadar ingatan di benak, ia telah menjelma menjadi objek fisik yang membawa cerita, emosi, dan kenangan berharga dari setiap perjalanan dan momen penting dalam hidup kita.
Jadi, lain kali Anda melihat sebuah souvenir, ingatlah perjalanan panjang kata tersebut dari sebuah konsep memori hingga menjadi benda berwujud yang kaya makna! Apakah Anda punya souvenir favorit dengan cerita menarik di baliknya?